Jumat, 21 Desember 2007

ANUGRAH BUAT BIAS

Bias hari ini ngambek, bikin kepalaku pusing. Hmm, sayang Hujan belum turun juga. Mungkin ia bisa membantuku menenangkan Bias. Yah.. Bias mulai suka Hujan sejak bersamaku. Aaah Bias, kamu kok jadi ketularan aku?

"Hujan, turun dong...Bias mau curhat tuh ma kamu"

Aku gelisah melirik Langit yang bersolek mendung, tapi ia hanya manyun. Uuu...jawab kek atau apa, eh malah memulas wajahnya menjadi kian gelap.

"Jeglerrrrrrrrrr!!!!!!!!!! Yang mau curhat Bias atau kamu?"

Tiba-tiba Langit menjulurkan lidah petirnya.

"Bias. Bilangin tuh ke Hujan biar dia turun"

Tak lama setelah itu, aku mulai mendengar deru langkah hujan kian dekat, kian keras..

"Akhirnya kau datang juga Hujan"

Ah Hujan..ia selalu bisa membuatku tenang dan damai. Disetiap kehadirannya, aku hampir selalu melewatkan waktu berdua saja bersamanya sambil bercerita tentang aku, waktu dan mereka diluar sana. Tapi kini aku tak sendiri, ada Bias di sini.

"Mau curhat apa Pijar sayang..."

"Bias yang mau curhat sama kamu Hujan"

"Mau curhat apa Bias?"

"Tadi ada yang telpon Pijar, nanyain aku. Aku sebel, ngapain dia nanyain aku segala. Apa peduli dia sama aku?"

Bias curhat tanpa basa-basi, seakaan tak mau Hujan tiba-tiba pergi tanpa mendengar ceritanya.

"Ya, boleh dong dia nanyain kamu.."

"Lho dia kan tau aku sudah sama Pijar sekarang. Pijar milik aku dan aku milik Pijar. Sok perhatian aja nanyain kabarku! Kata Pijar dia pengen ngasi "Anugrah" buat aku"

"Bagus dong kalau gitu? Diterima aja Bias, masak dikasi anugrah nolak..."

Hujan menjawab dengan tenang meski suaranya terdengar parau.

"Aku ga perlu anugrah dari dia. Aku sudah bahagia sama Pijar"

"Hahahaaahhaaa! Bias, bias, masih syukur kamu nggak dikasi "Musibah" sama dia karena kamu sekarang sama Pijar"

Langit tertawa dengan keras sambil geleng-geleng kepala. Jari jemarinya sibuk menyulam bumi.

"Aaaahh. Anugrah apaan, itu kan bisa-bisa dia bilang. Paling dalam hatinya, kebersamaan aku dengan Pijar adalah musibah baginya"

Langit diam. Bias diam. Aku hanya tersenyum berkata dalam hati "Ya Bias, kamu memang musibah bagi dia, tapi kamu anugrah buat aku. Aku sayang kamu Bias"

"Sssst...jangan sampai Bias tahu ya, kalau dia emang musibah bagi tu laki-laki"

Hujan berbisik sambil tertawa ngikik mengelitik telingaku.

"Sip"

Aku tersenyum dan membuat kecupan diujung jari lalu memberikannya pada Hujan.



Pijar|21 Desember 2007|16:27 wita|Hujan menyulam Bumi: aku dan biassendiriku

Tidak ada komentar: