Minggu, 09 Desember 2007

24-31 HOURS LATER

Pagi ini tepat 24 jam berlalunya ciumanmu di pintu depan. 24 jam berlalunya "i'm gonna miss u" dari bibirmu yang mengalir lewat celah pintu gerbang. Kubuka beranda ini. Mengetikkan kata-kata kemarin. Saat kau bisikkan "Kau begitu mudah". Saat kau katakan "Kau terlalu mempercayaiku". Serta semua yang terlepaskan kemarin.

Hanya sketsa yang terungkap oleh insting. Lalu jadi sebuah pilihan. Pilihan untuk mempercayaimu. Whatever and however you are ! (semoga bukan musibah bagimu jadi yang terpilih). Sebuah keputusan telah kuambil dan tak akan pernah kusesali. Walau aku mengambilnya terlalu cepat.

Kubiarkan semua berhembus dan mengalir sampai saat itu tiba. Jum’at, Limabelas Juni Duaributujuh, pukul tujuh malam kau datang dan memintaku menemuimu Aku bisa saja tak datang, ingkari janji demi norma. Tapi norma bukan bagian dari cerita kita. Norma bukan milikmu dan milikku, setidaknya malam itu.

Kubiarkan jiwaku bebas, kutanggalkan logika. Roh dalam raga, tanpa pikiran. Melangkah masuk, menanyakan namamu pada receptionis hotel, naik lift, memejamkan mata sejenak, lalu melangkah keluar lift. Kudapati kau berdiri di depan pintu lift sebelah. Aku melangkah ringan seperti terbang... Kutatap matamu... Kupeluk tubuhmu... Kucium bibirmu... Jiwaku mengenalmu begitu dekat, entah seberapa waktu lampau. Seperti mengulang sebuah kisah.

Sampailah aku dan kau di satu ruang asing. Kurelakan dekapmu merengkuhku, kubiarkan tubuhmu menghangatkan tubuhku, merasakan hembusan nafasmu, menikmati sentuhan bibirmu... Namun tiba-tiba saja rasa tak nyaman hadir, hingga harus kujeda tarian alam kita. Kutarik diri sesaat darimu dan beranjak menjauh, berharap tak kau tangkap kegugupanku. Di washtafel toilet kuhanyutkan logika bersama air pembasuh wajah.

Saat aku kembali cahaya telah kau padamkan. Kita mulai lagi segala yang sempat tertunda. Kau mulai berani membalas tatapanku. Kita bergerak seanggun rimba belantara, seganas api... (Sun Tzu). Pertempuran demi pertempuran kita akhiri dengan tawa, entah siapa yang menang dan siapa yang kalah... Aku tak hendak bertanya apakah kau menikmati semuanya atau tidak, dan tak juga ingin tahu apakah yang telah terjadi esok akan teronggok di recycle bin lalu kau delete semua sampai tak terlacak atau something else.

Tak ada yang abadi, semua punya batas dan akhir. Kita mulai menuliskannya di toilet, saat itu kau katakan "kau akan ingat aku setiap kau mandi". Namun aku hanya diam mematung, tatapku nanar amati jemarimu menyentuh tubuhku. Usainya menyisakan dingin yang tersketsa tanpa tinta.

Kita berdiri berhadap-hadapan, saling tatap. Kau peluk tubuhku erat dan menciumku begitu lembut. Ada yang harus berakhir memang, tapi tak harus hilang. Kau buka pintu dan kita tinggalkan segala yang terekam di ruang itu.

Sepanjang perjalanan pulang kau mendekapku. “Ini untukmu, setiap pakai komputer kau akan selalu mengingatku" bisikmu lembut padaku. Aku terharu...masih juga terpikir olehmu meninggalkan sesuatu untuk kusimpan. Kau berbisik lagi "setiap kau mandi, setiap kau pakai komputer, kau akan selalu mengingatku."

"Aku akan selalu mengenangmu" kataku. "Up to you, it's depend how deep i poison you" jawabmu"

"No body can poison me" bisikku dan kau tertawa kecil, mencium pipiku.

Di radio ada lagu cinta yang entah apa judulnya. Kucoba mengikuti liriknya dan kau berkata "ada yang lagi jatuh cinta".

"Apa harus nyanyi lagu....betapa hancur hatiku melihat engkau bersamanya..?" tanyaku yang kau balas dengan senyum tipis.

Kita bernyanyi lagi, lagu cinta lagi…"di setiap ada kau mengapa jantungku berdetak, berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang..."

Menit-menit terakhir bersamamu di sebuah ruang, kupandang wajahmu yang lelah. Satu hal yang terpikir saat itu "Aku terlambat mengenalmu." Bersamaan dengan itu kau berikan serangan kilat dengan lidahmu di bibirku.
Kau berdiri sambil menatapku.

Kuraih CD Letto: Truth, Lie n Cry. Dalam diam kuberikan CD itu padamu tanpa pesan. Mungkin saat kau kembali ke duniamu, tak akan ada waktumu untuk mengingatku. Namun mungkin masih punya cukup waktu mendengarkan lagu-lagu itu, di sepanjang perjalananmu pulang.

Pagi ini 31 jam berlalunya ciumanmu di pintu depan. 31 jam berlalunya "I'm gonna miss u" dari bibirmu yang mengalir lewat celah pintu gerbang.

"I'm gonna miss u" jawabku.


Pijar|Surabaya|17 Juni 2007|04.03 WIB

Tidak ada komentar: